"Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia" Mazmur 103:10-11
Ini kisah nyata tentang sepasang
saudara kembar. Mereka berdua memiliki karakter yang berbeda, sekalipun rupa
mereka sama. Yang satu sangat rajin dan hormat terhadap orang tuanya. Yang satu lagi tumbuh menjadi anak berandal yang suka memberontak terhadap orangtua.
Puluhan tahun berlalu, yang satu berhasil menjadi Hakim yang terhormat dan yang lain menjadi penjahat yang biadab.
Suatu ketika saudara kembar yang jahat ini tertangkap dan diseret ke pengadilan. Ironisnya, yang menjadi hakim dalam persidangan tersebut adalah saudara kembarnya sendiri. Pembunuhan sadis yang dilakukannya membuat Hakim berada dalam dilema. Disatu sisi ia harus menegakan keadilan. Disisi lain, itu adalah saudara kandungnya sendiri, darah dagingnya sendiri. Bagaimana mungkin ia tidak mengasihinya??!!
Satu hari menjelang hukuman mati, sang Hakim yang
adalah saudara kembar dari terpidana, datang mengunjungi sel dimana ia berada.
Dengan airmata berlinang ia menyuapi saudaranya. Lalu melepas rantainya,
mengganti pakaiannya dan memberikan sekantung uang seraya berkata, "dik,
pergilah jauh-jauh dari sini dan ubahlah hidupmu." Bahagia karena berpikir
bahwa saudara kembarnya sudah membebaskan dia dari hukuman, si terpidana mati ini pun lari menyelamatkan hidupnya.
Dua hari kemudian, betapa kagetnya ia ketika ia
membaca halaman pertama dari sebuah surat kabar pagi. Tajuk utama hari itu
tertulis, "si pembunuh sadis akhirnya dihukum mati," disertai foto
sang saudara kembar yang sedang tersenyum beberapa saat sebelum dihantar meregang nyawa ditiang gantungan.
Sobat, demikian pula Yesus mati meregang nyawa memikul kesalahanmu. Supaya oleh kematianNya, engkau beroleh hidup.
Jalani hari ini dengan penuh hormat dan rasa syukur! Jangan ulangi kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa kita yang lampau. Jangan sia-siakan kasih Tuhan yang sudah kita terima dalam hidup kita, karena kita tahu kita tidak layak menerimanya.